Melalui Pendekatan Active Citizen, Komunitas Lakoat.Kujawas Bumikan Potensi Lokal

    

LAKOAT.Kujawas, komunitas di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur menggunakan pendekatan warga aktif atau active citizen untuk membumikan potensi lokal.

Komunitas yang terbentuk sejak tahun 2016 ini digagas oleh seorang lulusan jurusan psikologi jebolan salah satu universitas di Yogyakarta, Dicky Senda yang berprofesi sebagai guru dan sastrawan.

“Lakoat.Kujawas adalah komunitas warga berbasis masyarakat adat yang ada di Pegunungan Mollo, di Timor Tengah Selatan,” ujar Dicky dalam webinar yang diselenggarakan oleh Samdhana Institute pada 23 November 2020 dalam serial CangKir KoPPI (Berbincang dan Berpikir Kreatif  Kelompok Perempuan dan Pemuda Inspiratif) yang mengangkat topik “Mempertemukan Pangan, Seni Budaya, dan Ekologi untuk Mengatasi Krisis”.

Pemaparan Dicky Senda dalam webinar yang diselenggarakan oleh Samdhana Institute.

Lakoat.Kujawas mendorong masyarakat khususnya perempuan dan remaja pegunungan Mollo untuk berpartisipasi aktif dalam membumikan potensi lokal. Terbentuknya komunitas ini dilataberlakangi oleh perasaan berjarak dan keterbatasan pengetahuan mengenai Mollo.

“Kami lahir dari perasaan berjarak dan juga pengetahuan yang kurang soal kampung halaman kami, “ ucap Dicky.

Sebagai gerakan awal, Lakoat.Kujawas mencatat dan mendokumentasikan potensi-potensi lokal yang ada agar tidak hilang tergerus zaman dan masyarakat Mollo dapat dengan mudah mengakses pengetahuan  lokal mereka langsung dari tempat mereka tinggal.

“Kami memulai dengan kerja pengarsipan dan pendokumentasian agar masyarakat Mollo tidak harus ke UGM atau perpusnas, bahkan Belanda untuk mendapatkan informasi mengenai tempat tinggal mereka sendiri,” ucapnya lagi.

Lakoat.Kujawas juga melakukan mapping untuk mengetahui bahan pangan di Mollo dari musim ke musim dalam setahun.

“Pada setiap hari pasar, kami pergi ke pasar untuk mencatat pangan apa saja, seperti sayur dan buah atau biodiversity yang dihasilkan oleh masyarakat,” ucapnya.

Hal tersebut berguna untuk mengetahui makanan apa saja yang sudah hilang, sulit ditemukan dan masih tersedia.

Berbagai program dilakukan oleh komunitas ini untuk mengenalkan seni budaya masyarakat Mollo kepada masyakarat luas seperti penulisan narasi terkait ekologi, pangan, cerita dibalik makanan, hasil pertanian, pameran arsip tingkat kampung, dan gastronomi tour yang menggabungkan seni, budaya serta ekologi. Selain itu, Lakoat.Kujawas melakukan pengolahan bahan lokal yang adaptif melalui teknik pengawetan makanan secara modern maupun tradisional.

Terbentuknya komunitas Lakoat.Kujawas diharapkan dapat menjadi virus positif dalam membumikan dan mengenalkan potensi lokal masyarakat Mollo kepada masyarakat luas serta memperkaya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan masyarakat Mollo. (Indah Mutiara)

 

Postingan populer dari blog ini

Mbok Cok, Aktivis Kritis Krisis Air